Ini cincin pernikahan opung
doli-ku. Cincin yang melingkar di jari manisnya ketika mengucap janji setia
dengan opung boru-ku 67 tahun yang lalu di sebuah gereja kecil di Balige,
Sumatera Utara. Belakangan aku tahu jenis cincin ini adalah cincin emas belah rotan,
yaitu cincin yang bulat di luar dan datar di dalamnya, tanpa permata.
Sederhana, persis karakter opung doli-ku.
Aku
masih ingat kira-kira tahun 2000 yang lalu, ketika aku, papi, dan mami pulang
ke kampung kelahiran papi di Pematang Tanah Jawa. Waktu itu yang aku tahu
opungku sedang sakit di bagian prostat. Masih teringat bagaimana aku
menghabiskan libur sekolahku di rumah opung. Mandi ke sungai bersama sepupu,
mengejar-ngejar babi peliharaan opungku saking aku gemasnya, sampai dengan
kepolosan anak kecil aku memandikan anak ayam yang baru menetas lalu kemudian
anak ayam itu mati. Aku masih ingat aku sering tidur-tiduran bersama opungku di
dipan yang diletakkan di ruang tengah rumah itu. Opungku sering bercerita
tentang Alkitab, tentang kisah-kisah perjanjian lama. Aku suka mendengar beliau
bercerita.Terkadang aku ikut bapauda-ku menuju ladang, untuk panen durian
kemudian duriannya ku bawa ke rumah opung untuk ku makan bersama-sama
keluargaku.
Liburanku
berakhir, aku harus segera pulang ke Jakarta. Kami semua berkumpul di ruang
tengah untuk berdoa. Sebelum berdoa, opung doli-ku memangkuku.
“Shinta, pahompu-ku. Nanti harus kau ingat ya, cincin
pernikahan opung ini harus kau miliki setelah opung meninggal. Disini ada
saksinya semua, opung boru-mu, namboru, amangboru, dan bapak-mama. Cincin
pernikahan opung harus segera diberikan kepadamu setelah opung sudah
dimakamkan. “
Aku hanya mengangguk. Sebenarnya sih tidak mengerti, kenapa
harus aku yang memiliki cincin itu. Dalam adat Batak, terdapat istilah Pahompu
Panggoaran. Gelar opungku ini adalah Op. Ricky-yang jelas-jelas cucu pertamanya
adalah Ricky, sepupuku. Setahuku, sebenarnya si Ricky lah yang paling berhak
untuk beberapa hal dari opungku. Tapi, opung memilih aku untuk memiliki cincin
ini dan di tahun berikutnya, 10 Desember 2001 usai pemakaman opung doli, opung
boruku memakaikan cincin yang kebesaran tersebut di jari manisku.
Entah apa maksud opungku memberikan cincin pernikahannya
untukku, cucu perempuan satu-satunya di keluarga kami. Cincin itu masih aku
simpan, tetap akan aku simpan untuk kenang-kenanganku. Karena cincin itu, aku
masih merasakan hadirnya opungku di dekatku J









0 komentar:
Posting Komentar