Gimana Kuliahnya?
2010 awal kuliah : Lancar...
Masuk ke 2011, semester 3 : Agak susah nih...
Masuk ke 2012, semester 5 : Gak ada yang ngulang kok mata kuliahnya...
Masuk ke 2013, semester 6 : IP segini.....
Masuk ke 2014, semester 7 : Kuliah? Mau kawin aja ah! hahahahah
Sampai Mana Skripsinya?
2014, bulan pertama skripsian : hm. lagi bab 1 nih
2014, bulan kedua : mau cus dulu ke Nias, ambil data..
2014, bulan ketiga : dosennya susah ditemuin...keluar kota mulu...
2014, bulan keempat : dosennya lagi tugas ke Jerman... -_-
2014, bulan kelima : mood nulisnya ilang,,,ga jadi sidang
2014, semester 9, bulan pertama : sibuk kerja
2014, semester 9, bulan kedua : mulai nulis lagi, lanjutin bab 2
2014, semester 9, bulan ketiga : lancar di bab 2, masuk bab 3
2014, semester 9, bulan keempat : masuk bab 4, agak pusing
2014, semester 9, bulan kelima : Doain ya, hari Senin sidang.
Lalu akhirnya lulus, dan terjawab sudah pertanyaan "Kapan Lulus?"
Kemudian ada lagi pertanyaan "Kapan Wisuda?"
Gue jawab, " Tanggal___ Maret 2015 di ____"
Kemudian, ketika dateng ke acara keluarga timbullah pertanyaan :
Gimana nih, udah punya pacar belum?
Berhubung emang sudah ada, ya disebut sudah ada
Marga apa?
Marga? Ada deh...
Dateng lagi ke acara keluarga yang lainnya,
Gimana, Shin. Kapan pesta kita?
Ng... doain aja..
Calon udah ada?
Ng.. doain aja
Selanjutnya akan timbul pertanyaan
Pesta dimana?
Kapan pestanya?
Setelah terjawab, akan timbul lagi pertanyaan
Udah hamil?
Anaknya cewe atau cowo?
Setelah itu
Anakmu sekolah dimana?
Anakmu kelas berapa?
Kemudian, semua pertanyaan-pertanyaan itu akan terus berulang, berkurang sih tidak mungkin ya, yang ada pertanyaan bakalan bertambah. Banyak yang lupa, konsep hidup,mati,jodoh,anak ada di tangan Tuhan. Manusia hanya bertanya, Tuhan yang akan menjawab nanti.. Hehehehe. Mungkin mereka yang bertanya tidak paham terhadap pertanyaan mereka sendiri. Mereka hanya tau kalau mereka berhak bertanya 'kapan menikah?' kepada orang yang belum menikah.Yang mereka tidak tahu, ada sesuatu yang harus diperjuangkan, yang mereka lupa adalah kalau jodoh ada di tangan Tuhan.
Kadang si penanya tidak tahu akan kondisi yang sedang dialami oleh lawan bicaranya hingga sampai pada fase-fase tersebut. Banyak orang yang menganggap bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah doa. Tapi, mereka lupa bahwa doa yang paling tulus adalah mendoakan diam-diam.
Satu hal pasti menjadi dewasa adalah manusia akan menyimpan masalah mereka sendiri, atau cenderung menutup emosi mereka di depan banyak orang. Manusia akan menampilkan hal-hal yang baik saja. Perubahan, seperti ketika masih bayi dan menangis di depan umum, semakin kita tua hal tersebut tidak mungkin terjadi. Manusia akan semakin menutupi apa yang cenderung membuatnya sedih dan menampilkan kondisi yang baik-baik saja. Harusnya ini cukup menjadi bekal untuk berhenti bertanya mengenai takdir dari Tuhan. Menjadi dewasa adalah tentang berbagi hanya dengan yang dirasa perlu, walaupun itu hal baik. Mungkin tidak sedikit yang menolak untuk bercerita mengenai kabar bahagia lamaran mereka karena dirasa waktunya masih terlalu jauh dari hari pernikahan. Tidak sedikit pula yang menutupi kehamilan mereka karena takut pamali mengabarkan hal yang sebetulnya masi penuh resiko.
Intinya, kita tidak tau apa-apa tentang orang lain.
Banyak cara berbasa-basi. Banyak cara mendoakan selain bertanya hal-hal seperti diatas.
Karena, mereka tidak tahu mengenai apa yang gue sedang perjuangkan.
Oh, That's Life..
Pertanyaan-Pertanyaan Yang Sudah Dijawab, Akan Dijawab, Dan Belum Dijawab
Being A Mature Woman Is Not That Easy #latepost
Dilema
Kuliah lagi gak ya? S2 gak ya? Bingung. Semua bikin bingung. Sebenernya gue masih pengen nabung dulu. Tapi godaan buat melanjutkan studi itu lumayan kuat juga. Hasil buka-buka website UI adalah : Mereka lagi buka pendaftaran SIMAK UI dong! Biaya formulir Rp 750.000,00 (lumayan juga nyeseknya kalo gak lulus)
Selain dilema biaya, gue dilema jurusan juga. Skripsi gue merupakan sebuah penelitian etnografi atau kebudayaan masyarakat etnis. Gue mengangkat kesenian tradisional suku Nias. Sampai jauh-jauh gue terbang dan tinggal di Nias. Kalo mau linear dengan S1, harusnya gue ngambil S2 Ilmu Budaya, program studi Studi Kultural atau Budaya Pertunjukan. Nah, gue kan guru musik. Kalo ambil jurusan itu mah harusnya gue belok masuk ke museum atau dinas kebudayaan. Sedangkan gue masih rada-rada ogah kalo jadi PNS. (tergiur kehidupan gaji swasta. mwahahahahaha). Gue juga pengen ambil Psikologi, antara Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sumber Daya Manusia. Tadinya mau masuk Manajemen SDM sih, cuma males belajar printilan ekonomi manajemen. Kenapa ambil Psikologi? Ya biar sejalan sama profesi gue sih. Tapi, gue baru masuk kerja. Belum tau apakah gue sreg jadi guru atau nggak. Belum berasa. Saat ini masih sreg sih.
Ah, sudahlah. Cepat atau lambat seenggaknya gue ada rencana mau lanjutin studi. Yakali bapak gue S2, gue cuma S1 -_-
Surat Malam Untuk Kekasih
Surat Malam Untuk Kekasih
#30HariMenulisSuratCinta
Hai, Sayangku. Malam ini aku ingin menulis surat untukmu. Pastinya kamu sudah tertidur lelap saat ini, setelah kita mengobrol selama tiga jam tadi di telepon. Aku rindu. Sangat rindu. Aku membayangkan wajahmu ketika tidur. Pastinya damai, dengan mata tertutup dan bibir tipis yang mengukir senyum kecil. Entah apa yang ada di dalam mimpimu. Pastinya indah ya?
Sekali lagi, aku rindu. Tapi kamu tahu hanya akhir minggu merupakan waktu yang tepat untuk kita melepaskan semua rasa. Aku merasa belum terlalu puas untuk melepas kangen, menceritakan aktifitas kita masing-masing, dan saling bercanda. Aku sangat mencintaimu. Kamu sedikit banyak sudah mengetahui tentang masa laluku. Dengan sabar kamu menanggapi setiap untaian cerita yang ku ceritakan kepadamu, bagaimana dia menghubungiku kembali, bagaimana dia mengajakku untuk bertemu kembali. Aku hanya bercerita. Sekali lagi, hanya bercerita. Aku takut kalau kamu mendengar cerita ini dari orang lain. Makan makanan yang sudah dikunyah orang lain tentunya tidak mengenakkan. Jikalau ada yang belum pernah atau tidak sama sekali ku ceritakan kepadamu, percayalah bahwa bukannya aku menutup-nutupi kisah, tapi aku hanya berpikir bahwa hal tersebut tidaklah penting untuk ku ceritakan atau untuk kamu ketahui. Aku masih menjaga hatimu. Selalu menjaga hatimu. Aku tidak akan membiarkan beberapa hal yang sebenarnya tidak usah ku ceritakan malah membuat hatimu terluka.
Kekasihku, ketahuilah bahwa kamulah tujuanku pulang. Tapi kamu bukan poros duniaku. Aku hanya ingin keluar dari sarangku. Mengejar mimpi, menaklukkan dunia, dan pada akhirnya kamulah tujuanku pulang, tempatku berhenti, berharap kamu memelukku dengan bangga pada akhirnya.
Hai, Masa Lalu
#30HariMenulisSuratCinta
Hai, apa kabar?
Setelah bertahun-tahun pergi, kamu kembali. Menanyakan bagaimana keadaanku sekarang.
Pacar kamu sekarang siapa?
Sebuah pertanyaan yang klise. Aku tahu kamu bukan orang yang bisa berbasa-basi. Aku hanya menjawab bahwa sekarang sudah ada yang mengisi hatiku dan tidak ada ruang untuk pria manapun lagi.
Sudah serius sama pacarmu? Kamu masih mau ketemu aku?
Kamu datang menghampiri ketika aku sudah melangkah jauh. Kamu mencoba memaksaku untuk menengok ke belakang kembali, melihat apa yang pernah kamu lakukan terhadapku. Mencoba membuatku untuk takluk kepadamu lagi. Tidak, aku tidak akan pernah mau menuruti inginmu. Aku masih ingat bagaimana hati ini kamu pecahkan. Aku masih ingat bahwa butuh bertahun-tahun untuk memunguti pecahannya.
Kamu masih mau bikinin aku Indomie kalo aku datang?
Sebuah hal simple yang kamu ingatkan kepadaku. Maaf, aku sudah lupa bagaimana bisa menanggapi hal-hal tersebut. Kalaupun aku akan memasak, aku akan memasak untuk kekasihku. Bukan untukmu. Mungkin suatu hari ketika tiba-tiba kamu datang ke rumahku, aku hanya akan mempersilakanmu duduk di teras depan, tidak untuk masuk ke rumahku. Aku hanya sekedar bersikap sopan sebagai tuan rumah dalam menerima tamu biasa.
Aku masih ada kesempatan, walaupun kamu belum menikah? Atau aku harus mengikuti adat sukumu agar bisa diterima lagi denganmu?
Sudah kukatakan. Tidak. Aku telah menjadi milik yang lain. Tidak akan ada yang bisa mengganggu, termasuk niatmu untuk mengikutiku. Pergilah, jadilah lelaki yang mempunyai prinsip, jangan biarkan perempuan menjatuhkan prinsip hidupmu. Kamu cerdas dan tampan. Tidak ada wanita yang akan menolakmu, ya.. kecuali aku kan. :)
#30HariMenulisSuratCinta
About Today (23022015)
Dear, Sahabat. Masihkah kita bisa bersama?
Lupakah aku mengucapkan maaf?
Atau sekedar terima kasih
Untuk yg berarti dlm hidupku
Walau tak cukup banyak cerita tuk dikisahkan
Tapi terlalu banyak permohonan tuk didoakan
dan mimpi-mimpi tuk diwujudkan
walau terbentang segala yg merintangi
kau dan aku tetap satu
Dear sahabat,
Apa kabarmu disana? Sesibuk apakah kalian sehingga kita tidak bisa lagi mengatur waktu untuk sekedar bertatap muka, bercengkrama sambil mensesap secangkir kopi. Apa aku lupa untuk meminta maaf, ketika aku sempat menghilang dari peredaran karena tugas akhirku atau karena aku terlalu sibuk dengan kekasihku?
Apa kalian masih ingat kebersamaan kita? Ketika salah satu dari kalian pernah hancur tersakiti oleh sang pacar di hari ulang tahunnya, atau ketika salah satu dari kalian pernah marah besar karena kami terlalu mencampuri urusan pribadinya?
Aku masih ingat kita berenam pernah menatap matahari tenggelam di pantai selatan Jawa sambil berbaring berdampingan di atas pasir dan ombak terus-terusan menerpa tubuh kita. Kita pernah bergandengan tangan ketika melewati gua yang gelap, lembab, dan penuh kelelawar, tapi akhirnya kita mendapatkan segala keindahan stalagtit didalamnya, dan deburan ombak yang terdengar di luar sana, dan kita pun pernah saling memeluk ketika kita saling ketakutan menonton film horror malam-malam.
Dear sahabat,
Kita pernah bersama-sama masuk ke perguruan tinggi yang sama, di jurusan yang sama, walaupun pada akhirnya aku pergi meninggalkan kalian demi mengejar mimpiku. Aku pernah berharap kita akan memakai toga bersama, sama-sama mengangkat sumpah guru, sama-sama tertunduk dalam doa dan mensyukuri apa yang telah kita raih selama empat tahun lebih di institusi kita tercinta. Lagi-lagi aku harus minta maaf, karena aku pun harus pergi lebih dahulu. Berdoa sendirian, mengangkat sumpah sendirian pula. Aku tidak tahu apa yang kalian lakukan hari ini, apa yang kalian rasakan sekarang ini, tapi aku hanya meminta segeralah meraih selembar ijazah kalian itu, agar beban orang tua kita tidak terlalu berat lagi.
Dear sahabat,
Aku menanti kedatanganmu di bulan yang akan datang. Dimana aku dapat memeluk kalian dengan bangga, karena tanpa doa dan dukungan semangat dari kalian, mungkin aku tidak bisa seperti sekarang.
*Teruntuk Ridhwan, Ni Putu Shintia Saraswati Dewi, Frans Dennis Simarmata, Sean Rama, dan Taufiqqurachman-Pendidikan Geografi Universitas Negeri Jakarta 2009-
Tentang Cita-Cita
My Crazy Friends (Part : @ShintiaDewi)
Ini temen gue yang sampai sekarang masih bisa gue ajakin jalan bareng, keempat lelaki yang lain itu udah sibuk sama pacarnya masing-masing. Huft !
Namanya Ni Putu Shintia Saraswati Dewi. Panggilannya Shintia, atau Shinta. Sama ya sama gue? Tau tuh anak ikut-ikutan aja.
Awalnya gue kira dia jutek, ternyata dia cuek, dan makin kesini otaknya korslet. Kenangan gue paling banyak sama dia, waktu dia sakit dan gue dimaki-maki karena ngadu ke nyokapnya kalo dia sering sakit di kampus atau ketololan kami waktu tinggal di Bali selama hampir sebulan. Soal perkuliahan, gue dan dia kebanyakan berjalan sendiri-sendiri. Karena gue nggak peduli sama kuliah geografi gue, karena gue gak suka. Dia pun kayak ogah-ogahan kuliah. Hahahahhaa...
Agustus 2011 lalu adalah libur semester. Gue gak punya rencana kemana-mana, duit pun tak ada, kerjaan gue cuma nonton infotainment ngeliatin artis berkeliaran di TV sambil SMS-an sama si Shintia. Waktu itu sih gue (dan ternyata dia juga) lagi nonton FTV yang ngambil scene di Bali.
Gue : Cun, itu di Bali asyik yeh!
Shintia : Iye Cun. Jadi kangen kampung deh gue.
Gue : Ke Bali yuk, Cun
Shintia : Ayok, cari tiket gih!
Entah apa yang menuntun gue buat ngomong sama nyokap gue, "Ma, liburan ke Bali dong sama Shintia." dan entah kenapa juga nyokap gue dengan entengnya ngomong, " Yaudah cari tiket sana." Semuanya dipermudah, tiket yang gue dapet waktu itu cukup murah. 700ribuan udah PP.
Berangkatlah gue ke Bali bersama Shintia. Dalam perjalanan di pesawat, kerjaan gue cuma baca doa, sementara si Shintia...... TIDUR ! Buset dah, gak ada phobia ketinggian ternyata dia.
Sampailah gue di Ngurah Rai Airport dengan kecenya. Tante Taman, tantenya Shintia sudah menunggu kami di pintu kedatangan. Gue pun menyeret-nyeret koper gue keluar dari Bandara. Sambil menunggu si Tante ngambil motor, gue dan Shintia ngeliatin bule yang lagi main catur sama supir taxi sambil makan pisang.
Supir taxi bermuka mesum itu tiba-tiba bilang sama si Bule, "That is Banana." Si bule pun bilang, "Yeah, big banana?" Dan supir taxi itu bilang lagi sambil nunjuk-nunjuk ke celah paha si bule "That's your banana." lalu mereka ketawa. Absurd abis. Nyampe Bali udah disodorin orang-orang macam begini, gue ngebayangin hidup gue disini selama hampir sebulan.
Disana gue merasakan indahnya hidup dalam keluarga Hindu. Mereka dengan damai beribadah, tenang. Gue pun merasakan bagaimana beribadah di Pura, membawa sesajen, dan minum air Tirta dari pendeta di Pura. Airnya rasa kemenyan, bok! Tapi gak apalah, gue sebut itu berkat walaupun gue berkata 'Amin' dan mereka berkata 'Astungkara'.
Shintia pun pernah menemani gue di malam natal 2012. Saat gue sedang sedih-sedihnya karena satu hal. Dia menyalakan lilin natal gue dan bersama-sama menyanyikan lagu 'Malam Kudus'
I love being harmony in diversity.
Kemarin gue ketemu Shintia di Depok. Iseng aja mampir dan ngajakin dia makan siang. Kebetulan gue libur. Setelah sekian lama nggak ketemu, ternyata..... dia masih 'gila' seperti yang dulu .....
:p
My Crazy Friends (Part : @Ridhwancumskow)
If you have crazy friend, you have everything.
Quotes diatas itu menggambarkan apa yang gue rasakan saat ini. Gue punya temen-temen yang 'gila' dan gue merasa gue sudah memiliki semua. 5 tahun lalu gue berkenalan dengan 5 manusia-manusia yang otaknya rada gesrek. Mereka teman-teman kuliah gue waktu gue masih di jurusan Geografi. Gue kenalin dulu yah satu-satu..
1. Ridhwan
Nama dia Ridhwan. Cuma 'Ridhwan' aja, entah karena nyokapnya males ngasih nama panjang-panjang ke dia, entah apalah itu alasannya. Panggilannya Iwan. Bapaknya asli Tegal, Ibunya keturunan Arab. Rumahnya di Jalan Jaksa persis samping rumah Mak Erot, (Ini serius).
Ini teman gue yang paling gesrek. Gue gak tau sampai sekarang jenis kelaminnya apa. mwahahahahhahaha... Dulu gue satu kelompok mentoring di Geo. Gue dan dia sama-sama gak ikut ospek. Sampai pada akhirnya gue kenal dia dan ternyata dia orang yang super gila. Waktu gue dan anak-anak 2009 lainnya ikutan makrab di Perkemahan Ciwidey, dan kami harus mendaki menuju kawah putih, sementara senior kami naik mobil angkutan ke atas sana. Gue bawa-bawa carryl, pake almamater, pake slayer pink di kepala, dan bawa tongkat. Persis nenek-nenek mau ngedaki gunung. Gue berjalan beriringan sama si Iwan ini. Emang dasar badan laki tapi tenaga bencong sih ye, si Iwan kebanyakan istirahat di pos. Dengan sabar gue harus nungguin dia istirahat, narik nafas, abis itu jalan lagi. Gue masih inget satu kelompok sama dia dan harus makan 1 nampan besar yang udah diawur-awurin lauknya, jari-jari pada item semua gara-gara ngais-ngais tanah (For Info, Di Ciwidey ini gue tidur di tenda, harus push up tengah malem, dan mainan gue adalah tanah dan pasir disini, namanya juga pengenalan fisik).
Yang gue inget juga adalah keisengan gue waktu UAS Dasar-Dasar Geografi. Soalnya berbentuk essay, yaitu analisa prakiraan cuaca. Jawaban gue udah sampai dua halaman folio, pas gue lirik si Iwan, ternyata masih kosong.
"Cun, nyontek dong." kata Iwan. Gue tunjukin aja kertas gue sekilas. Dia langsung shock.
"Anj*ng, lo ngasih jawaban apa curhat sih? Gimana gue nyalinnya?" kata Iwan. "Gue curhat, bego. Mau pindah jurusan. Sekalian bikin petisi." kata Gue.
Pada kenyataannya adalah gue bener-bener ngisi jawaban analisa cuaca gue dan dengan culasnya gue gak mau ngasih ke Iwan, sampai pada akhirnya nilai akhir gue A dan si Iwan dapet C. *nyengir setan*
Gue masih inget juga, waktu gue kuliah praktek di Pangandaran. Kerjaan gue sama temen gue si Shintia adalah sore-sore mandi di pantai, kalo nggak ya nyemil, atau tidur-tiduran, sementara temen-temen gue yang lain pada bikin laporan kegiatan. Mwahahahahaha... Emang deh gue mahasiswi paling error kalo udah disuruh kerja kelompok. Si Iwan kerjaannya marah-marahin gue dan Shintia. Seperti biasa, mulut si Iwan kan suka gak diagamain kalo ngomong.
"Ehhhh, bangs*t. Enak-enakan lo berjemur di pantai, gue ngerjain laporan lo. Kerjain nih sisanya, gue mau luluran dulu."
Dasar laki jadi-jadian -____-
Kenangan satu lagi adalah waktu gue sama Shintia bolos kuliah demi beliin si Iwan kue ulang tahun. Ngebut-ngebutan nyari toko kue yang udah buka pagi-pagi, sampai pada akhirnya 'udahlah yah, beli di Senen aja.'
Gue ngadain surprise kecil-kecilan di lobby fakultas, bawain Iwan kue ulang tahun dan tiup lilin bareng. Semua seneng, semua ketawa, sampai pada sorenya ternyata si Iwan diputusin sama cewenya yang kuliah di UNDIP. Huakakkakakakakakakakakakakakakakakakakka....
Gue emang pengin pindah jurusan waktu itu, cuma harus nunggu dua semester lagi. Tahun depannya gue ikut SNMPTN lagi, Iwan juga. Katanya dia mau pindah ke Fakultas Ekonomi. Gue lolos di Musik, Iwan enggak lolos. Dan dia harus lanjutin Geografinya. Begitu tau gue pindah jurusan, dia langsung ngediemin gue. Sebulan gue nghubungin dia gak ada jawaban, gue sampe nangis. Gue nanya sama si Opik temen gue kenapa si Iwan ngediemin gue.
"Dia sedih, cun. Lo pindah, gak ada temennya dia lagi yang error, gak ada yang bisa dia jahilin lagi di kelas, gak ada yang bisa dengan leluasa jambak-jambakan kalo lagi kesel."
Ya mau gimana lagi, cita-cita ya cita-cita gue, sahabat ya sahabat, gue harus tetap lanjutin hidup gue walaupun diambekin, lagian ternyata sebulan kemudian dia dateng ke rumah gue sambil nyengar nyengir gila kayak gak ada salah. Untung gue baik hati mau menerima dia lagi sebagai teman gue :p
Sekarang Iwan sudah tumbuh dewasa, (((((Tumbuh))))). Hahaha... Sekarang sih punya pacar, namanya Riana. Gak tau deh diputusin lagi gak ntar pas bulan April ? :p
My Grandpa's Wedding Ring
Suatu Hari Senyummu Akan Menjadi Milikku
Aku selalu berangkat pagi-pagi ke sekolah. Aku selalu mempunyai semangat baru untuk menginjakkan kaki di sekolah itu, sekolahku, sekolahmu juga sih. Aku selalu suka melihatmu membaca buku di perpustakaan pada pagi hari. Aku suka caramu menaikkan kaca mata minusmu ketika mulai kedodoran. Aku selalu suka saat kamu mulai bermain dengan kameramu, membidikkan lensa ke objek-objek yang menurutmu menarik. Kadang aku cemburu, ketika kamu lebih suka berinteraksi dengan kameramu dibanding menyapaku yang sering melihatmu dari kejauhan, yang sering berpapasan denganmu di koridor.
Hari itu aku mencoba menyapamu
"Hai, Kak. "
Kamu hanya melihat sekilas kepadaku dan tersenyum. Tanpa ada balas sapa darimu.
"Baca buku apa?" tanyaku
"Lo gak liat nih judulnya?" Ku akui saat itu kamu ketus sekali. Cobalah ikut berbasa-basi denganku, walau akan ada banyak pertanyaan bodoh ku lontarkan kepadamu.
Sekali lagi aku tersenyum dan meninggalkanmu
Aku tidak pernah tidak suka denganmu, berapa kali pun kau berkata ketus, berapa kali pun kau tidak pernah membalas senyum sapaku di koridor sekolah
Tahun berlalu, kita bertemu lagi, dalam keadaan berbeda. Kamu dengan pekerjaanmu dan aku dengan kuliahku. Kita bertemu di sebuah coffeeshop. Seperti biasa, aku duluan yang menyapa, kan?
Katamu kamu sedang menunggu klien. Rasa itu tidak pernah hilang selama bertahun-tahun. Aku senang melihatmu dari kejauhan, aku terlalu takut untuk mengungkapkan rasa.
Aku kembali mengerjakan tugas kuliahku disana, dan pura-pura sibuk mengetik sesuatu di laptop sambil mencuri pandang ke mejamu. Melihat caramu mensesap black coffee yang disediakan coffee shop ini.
Sampai akhirnya, yang katamu adalah klien itu, datang. Seorang wanita cantik berambut ikal panjang, memakai rok merah dan blouse cream. Senyummu berbeda, sangat berbeda terhadapnya. Aku ikut tersenyum melihatnya, walaupun ku dengar dirimu berkata kepadanya, " Lama sekali, Sayang. Aku rindu."
Aku masih tersenyum
Aku masih yakin suatu hari nanti senyummu itu akan menjadi milikku
Aku, Kamu, Dia, dan Kita
Teruntuk Teman Lama Yang Kelak (Ku Harap) Menjadi Pendampingku
Our First Valentine
Pagi tadi gue dibangunin dengan teriakan nyokap gue. Gue pikir hari ini hari Minggu, ternyata hari Senin. Alarm pukul 04.00 pagi dari tadi emang gue snooze terus, sampai pada akhirnya nyokap gue yang jadi alarm gue. Padahal semalam gue udah bertekad mau lari pagi atau nggak sepedaan dari subuh. Rencana mah tinggal wacana kalo gue udah keenakan tidur gini...
Oiya, gue mau cerita tentang Valentine pertama gue dengan si abang. Ekspektasi awal adalah gue sama dia main-main ke Gunung Pancar, Sentul. Berendam air hangat disana, trus nonton di Belanova Country Mall, abis itu makan di Ah-Poong. Tapi apa dong gaess... karena kondisi cuaca gak mendukung dan meragukan kami untuk pergi jauh-jauh, maka kami urungkan lah niat itu. Sabtu kemarin gue pergi ngajar piano seperti biasa, padahal tadinya udah pengen izin aja. Jam 11 siang gue udah dirumah, tapi teteplah si abang duluan yang dirumah, udah ngangkat-ngangkatin kursi dari kamar gue yang diungsiin karena banjir minggu lalu. 14 Februari kemarin itu gue juga mendapat ucapan selamat ulang tahun dari beberapa temen-temen gue. Lah, gile... Gue ultah 15 November kaleee.. Mentang-mentang nama gue Valentine.
Lalu gue mendapat WhatsApp dari orang gereja
"Shin, bisa jadi organis gak buat pemberangkatan St. P Sianturi?Jam 1 siang."
Gue diam. Di satu sisi body gue lagi gak enak, pengen santai dulu di rumah, tapi mikir lagi, lebih baik pelayanan di rumah duka daripada rumah pesta. Okelah, gue bilang sama nyokap dan abang kalo kita kudu ke gereja. Berangkatlah gue ke gereja untuk pelayanan siang itu. Gue ngajak si abang buat duduk di atas, di tempat organis. Tebak dong apa yang terjadi. Jemaat-jemaat gereja gue selalu mendadak jadi paparazzi kalo gue bawa orang luar ke gereja gue. Sebenarnya gue adalah jemaat yang paling jarang bawa-bawa pacar ke gereja. Sementara temen gue tiap ganti pacar langsung dibawa ke gereja, entah apa maksudnya. Mending ga usah sering-sering bawa, tapi langsung masuk warta aja kalo mau nikah. Hahahaha...
Tapi waktu itu gue pernah sekali bawa gebetan, cuma ada yang kurang ajar, gue skak mat aja gebetan gue karena ternyata dia sodaraan sama salah seorang jemaat rese.
Kemarin, para paparazzi langsung beraksi. Ada lah opung-opung yang tiba-tiba ke atas nyalam gue, lalu si Kak Nur, istrinya abang sepupu gue juga ikut-ikutan, lalu beberapa pasang mata ngeliatin gue sama si abang, sampai si Bang Martin-Pelatih paduan suara gue ikut-ikutan nyamperin gue dan abang waktu selesai kebaktian. Heboh ye.. Iye... Ini yang kadang bikin gue males -_-
Satu hal yang gue simpulkan waktu bawa dia ke gereja adalah gue seneng gue bisa nanya langsung ke 'yang punya rumah' kalo ini loh pilihan gue atau kalo boleh gue tulis isi hati gue disini ya bunyinya "Tuhan, ini loh pacarku. Aku boleh ya 'jadi' sama dia."
tuing tuing tuing...
Sebenarnya hal yang sama dilakuin dia ke gue. Gue gak tau sih dia berdoa atau nggak di gereja kemarin. Tapi yang jelas dia cium kening gue di gereja, di balkon atas. Happy Valentine's day from the top of the church is amazing. I don't need any chocolates, flowers, or romantic dinner. He said something that amazed me :)
Sorenya gue pergi nonton ke TIM. Tadinya mau nonton Fifty Shades of Grey, cuma ternyata gak ada. Setelah gue selidiki itu film apa dan kenapa gak ada, dapatlah jawaban kalau itu film romantis tapi semi-porn yang gak lolos sensor di Indonesia. Oke baiklah, jadilah gue dan abang nonton Jupiter Ascending yang akhirnya gue simpulkan itu 'pilem planet-planetan yang berisi tiga orang makhluk luar angkasa pewaris jagad raya yang katanya turunan dari cewe pembersih toilet.' Gak jelas bener tuh film, tapi gak apalah efek filmnya keren. Hahahaha
Ya begitulah kira-kira cerita Valentine gue. Udah ya, soalnya gue mau patroli dulu keliling gedung biar gak disuruh ngegantiin si Julius yang telat masuk :p
P.S.
I miss you this morning, abang. I miss you everyday :)
13-14.02.2015. Valentine and the night before it
banjir bikin cerita
Acara tahunan di Jakarta akhirnya datang juga ya. Apa tuh? Banjir besar-besaran. Agenda rutin Jakarta yang terjadi setiap awal tahun. Nyusahin. Pada dasarnya gue gak suka hujan, gue lebih suka gerimis. Hujan bikin semua Susah. Jalanan becek, atau lebih parahnya banjir, Susah nyari kendaraan apalagi makanan. Pengalaman gue ngebolang selama banjir adalah pada saat hari Senin lalu (9 Februari 2014). Pagi itu hujan Turun dengan derasnya. Nyokap gue udah melarang gue pergi ngajar, tapi demi loyalitas gue terhadap sekolah Karena gue berpikir pasti Ada beberapa wali kelas yang gak masuk Dan gue harus menggantikan. Pergilah gue ke sekolah menerjang banjir setengah betis itu. Sampai di sekolah, bener aja.. Kepala Sekolah gue meminta gue buat ngejagain kelas 3B Karena wali kelasnya gak masuk. Jadilah gue ngejagain kelas yang konon katanya kelas tempat uji nyali para guru baru yang mau masuk ke sekolah ini. Tapi, syukurlah ketika gue masuk semua anak-anak pada seneng dan kelas bisa gue kuasai. Kenapa? Karena gue menganggap mereka sebagai teman tapi tetap harus sopan. Jadinya habis game kecil-kecilan dan bikin ribut, di kelas gue kasih kerjaan matematika 20 soal biar mereka anteng. Hahahahaha...
Hujan semakin deras dan manajemen sekolah memerintahkan murid untuk segera pulang. Gue pengin pulang dong, tapi lagi-lagi kepsek tercinto nyuruh gue nungguin anak yang belum dijemput.
Setelah semua kerjaan gue beres, pulanglah gue. Gue mulai nyetir menuju Rumah. Tapi sampai di turunan flyover mitra, gue melihat kemayoran udah kayak danau. Tapi tetep gue paksain aja Mobil gue berenang sampai titik Bensin penghabisan menempuh kemayoran-rajawali 2 jam. Berhentilah gue di daerah rajawali karena panik Mobil gue berasap. Sambil dinginin Mobil, gue mesen nasi goreng yang kebetulan mangkal disana. Laper cuy! Habis itu, gue nerjang banjir lagi. Setelah sampai di daerah jembatan goyang sebrang ancol, macet parah ternyata tuh. Gue dengan sabar gas-rem-gas-rem sampai gue memutuskan untuk naik tol ancol Timur. Gue memutuskan ngungsi di kota yang kemarin dibully (you know what). Naik tol, macet juga. Dari ancol menuju kelapa gading kira-kira 3 jam perjalanan, biasanya juga 15 menit.Migraine gue kambuh, perut lapar juga, mual. Semua campur jadi satu. Mau nangis juga ga guna, makanya air Mata gue gak jadi keluar. Hahahaaha. Untungnya kekasih baik hati setia nemenin via bbm Dan telepon. Jadi gak boring-boring banget dijalan. Lewat cempaka Mas, baru den jalanan lancar. Tapi keadaan gue udah gak memungkinkan nyetir lama lagi karena gue udah belok kanan Kiri pas nyetir. Migraine menyiksa banget. Gue memutuskan berhenti di bahu jalan di daerah hampir dekat pintu jatiasih. Gue tiduran cuma sebentar. Kenapa sebentar? Karena gue teringat kalo daerah sini tempat buang mayat. Gue kuat-kuatin lagi nyetir sampai ke Rumah Abang gue. Lalu, teparlah gue. Bangun-bangun disuruh kakak ipar gue nganterin 2 anaknya ke sekolah Dan les karena doi Ada rapat katanya. Jadilah gue driver merangkap mamak-mamak buat keponakan gue (rela deh, demi diskon gedung kawinan. Loh???) Gue merasakan ribetnya jadi emak-emak disana. Dimana gue harus ngecek agenda kponakan gue, PR nya, belum lagi kalo nungguin les bersama ibu2 komplek yang kalo ngegosip mulutnya gak diagamain. Ahh.. Pusing gue.. Sorenya pacar gue nengokin gue dong.. Bawain coklat (padahal tdinya buat kponakan gue tuh) tapi anyway, makasih Abang buat perhatiannya ya.. Korban banjir yang satu ini jadi lebih terobati.. Hahahaahahaa...
Kayaknya kalo masih banjir, valentine ini kita bersihin Rumah dulu ya
Abis itu jalaaaaaaannnnn 😙😙😙😙😙😙😙😙😙











.jpg)
.jpg)



