Saya merindukan dia.
Mungkin dia juga merasakan hal yang sama, tapi apa mau diperbuat, apa mau dikata? Pekerjaan yang menyita waktu dan pikirannya mau tidak mau harus menyingkirkan saya dari benaknya untuk sementara. Tadi pagi saya berniat memberi kejutan dengan tiba-tiba berada di depan kantornya.Saya bolos kerja, dan mengajak sahabat saya, Fidi untuk ikut bolos juga. Pergilah kami ke Bekasi dengan nekat mencari alamat kantornya sendiri. Berbekal GPS dan sinyal yang gak mendukung, pada akhirnya yang kami lakukan adalah memutari Bekasi Barat-Bekasi Timur hingga berkali-kali. Saya bukan tidak berkomunikasi dengan si dia. BBM sambil menyetir adalah salah satu keahlian saya yang agak membahayakan. Isi BBM dari dia bukan menyejukkan hati, tapi malah bikin jantung mau copot dan darah tinggi saya kumat karena berisi pengharapan palsu. Katanya pertama mau ikut, tapi akhirnya disuruh jalan-jalan sendiri. Ah, saya paling benci diperlakukan seperti itu. Katakan 'ya' bila 'ya', begitu juga sebaliknya. Saya pergi membawa segunung rindu, pulang membawa kekecewaan yang tak kalah besarnya. Dia bukan meminta maaf lagi, walaupun saya diamkan dan hanya menjawab seperlunya saja BBM dari dia. Dia pasti berpikir bahwa nanti saya akan kembali menjadi Shinta yang ceria. Dia pasti berpikir bahwa saya pun tidak tahan berlama-lama marah. Saya tidak marah. Saya hanya kecewa dengan diri saya sendiri yang begitu bodohnya menerobos salah satu prinsip hidup saya 'gak boleh nyamperin cowo' demi rindu yang sebenarnya ga ada gunanya. Saya kecewa, sampai pada waktu menulis tulisan ini pun saya setengah menangis meratapi kebodohan saya yang mau saja capek-capek pergi kesana mencari dia.
Maaf bila saya mendiamkanmu tanpa sebab, saya hanya rindu. Rindu sekali.
150615.
rscm








0 komentar:
Posting Komentar