6 tahun lalu, di tanggal yang sama dengan hari ini, aku sedang tergesa-gesa berjalan di koridor rumah sakit untuk menemui papaku tercinta. Saat itu aku sedang berada di Condet, di rumah putri papa yang pertama. Aku, kakakku, abang iparku, dan tiga orang keponakanku segera berangkat ke rumah sakit tempat papaku dirawat begitu menerima telepon bahwa papa sedang kritis. Aku masih tidak menyangka akan secepat itu, aku masih berpengharapan papa bisa sembuh lagi, karena jujur saja saat itu aku tidak tahu persis apa penyakit papaku. Dokter tidak memberitahu, keluargaku juga. Alasannya, karena aku akan mempersiapkan Ujian Akhir SMA.
Dari bulan Juni 2008 saat itu, aku hanya mondar-mandir sekolah-tempat les-rumah sakit-rumahku. Tidak pernah menginap karena mama tidak mengizinkan. Tapi, 29 Agustus 2008 lalu, aku berniat menginap di rumah sakit bersama sepupuku, Ricardo. Aku masih ingat waktu malam itu aku tidur di samping papa, menikmati malam sunyi dengan aroma karbol rumah sakit dan ditemani oleh suara tetesan infus. Malam itu,papa sering kali terbangun dan terduduk di tempat tidur, matanya kosong. Saat ini aku malah berpikir, mungkin tatapan papa waktu itu tertuju kepada Tuhan Yesus yang sudah menunggumu,Pa.
Sabtu malam, aku menemani papa mengikuti perjamuan kudus yang dilayani oleh Pendeta Simbolon dari HKBP Kernolong. Saat itu pendeta ressort gerejaku tidak ada, karena mengikuti Sinode Godang di Tarutung. Aku hanya bisa mengeluarkan air mata melihat papaku memakan tubuh dan darah Kristus. Usai perjamuan, beliau memintaku untuk mendekat dan ia menasehatiku banyak hal. Terakhir, papa memintaku untuk mencium kening dan pipinya.
Minggu malam, 31 Agustus 2008, papa pergi....
6 tahun berlalu, dan aku masih merasakan sakitnya di hati tidak punya figur seorang ayah. Papaku seorang guru, dan kini 6 tahun setelah kepergiannya, aku berprofesi yang sama dengan beliau. Seharusnya aku masih butuh dibimbing, Pa. Bagaimana menjadi guru yang baik, tidak terlalu galak,tetapi dihormati oleh murid. Bagaimana aku harus bijak menghadapi masalah-masalah pendidikan yang ada.
Mungkin beberapa tahun lagi setelah kepergiannya, pastinya aku masih butuh dibimbing.. Dibimbing untuk dapat menunjukan bahwa tidak semua laki-laki itu jahat. Karena aku masih punya contoh, yaitu dirimu...
6 tahun berlalu, dan aku masih merasakan sakitnya pula ketika aku terhina oleh beberapa orang karena lulus kuliah tidak tepat waktu. Aku tidak bodoh kan, pa? Aku hanya terlalu sering mengulur waktu. He..he..he.. Tenang saja,pa. Maret 2015 aku akan berkunjung ke rumahmu membawa togaku.
Datanglah ke hari wisudaku, walaupun aku tidak bisa melihatmu, aku tahu kau menemani di sampingku, di deretan bangku wisudawan...
Dan ketika tiba saatnya nanti, datanglah ke hari pernikahanku. Karena aku ingin kau menyaksikan aku bersama pria yang sudah ku pilih, yang bisa menggantikanmu untuk menjagaku.
Setua apapun aku nanti, aku tetaplah gadis kecilmu.
In memoriam,
Drs. Maringan Samosir, M.Pd (23 September 1953-31 Agustus 2008)
6 tahun lalu. How I Miss You, Drs. Maringan Samosir, M.Pd :)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)








0 komentar:
Posting Komentar