‘Alone’ is my middle name. Mungkin. Keseharian saya adalah
seorang anak manusia biasa. Terlahir sebagai anak satu-satunya dalam keluarga
dengan masa kecil yang dihabiskan dengan bermain boneka sendiri karena kedua
orang tua sibuk bekerja. Pertanyaannya, apa saya dekat dengan orang tua saya?
Dekat, tapi mungkin tidak menyatu. Yang saya ingat hanyalah sesosok ayah yang
bekerja sebagai seorang guru, kemudian naik jabatan menjadi wakil kepala sekolah
hingga akhir hayatnya. Menghabiskan waktu dengan mengajar di sekolah, rapat
ini-itu, penataran keluar kota, ketika di rumah hanya menonton TV dan tidur.
Sesekali mengikuti acara keluarga bersama saya tentunya. Saya diwajibkan ikut
kesana kemari. Satu lagi yang saya ingat
adalah seorang ibu juga wanita karir yang pernah bekerja di perusahaan yang
berkantor di daerah Kuningan, lalu pensiun dini, kemudian bekerja sama dengan
perusahaan milik keluarga. Sibuk? Iyalah. Makanya kan saya bilang saya
menghabiskan masa kecil saya dengan bermain sendirian. Saya ingat, saya selalu
senang ketika banyak sepupu yang datang dan menginap dirumah. Sepupu-sepupu
yang menginap rata-rata sudah berusia 25an keatas pada waktu itu. Lalu, satu
per satu mereka menikah, dan saya... tetap bermain sendirian.
Dulu saya pernah memelihara beberapa ekor anjing. Mereka
paling setia menemani saya dalam segala keadaan. Saya habis diomeli mama,
kemudian saya mengajak ngobrol si blacky, dia tidak menjawab (yaiyalah) hanya
memasang raut sedih. Lalu kami berpelukan (Cie)- lebih tepatnya saya yang
memeluk si blacky-dia pun hampir kehabisan nafas saking eratnya saya peluk.
Waktu berlalu, semakin sibuk keadaan di rumah, orang tua saya tidak mau lagi
memelihara anjing. Lalu, saya kembali bermain sendirian...
Beranjak dewasa, bermain sendirian tetap menjadi rutinitas
saya. Kuliah-bertemu banyak teman (hanya di kampus) kemudian kembali ke rumah
dan mendapati bahwa saya sebenarnya masih sendirian. Pacaran-mengisi waktu
kosong kemudian bertengkar-putus lalu menyadari kembali bahwa saya selalu
sendirian. Pacaran lagi-terjadi hal yang sama-lalu sadar bahwa pacaran bukan
menyelesaikan masalah kesendirian.
Terakhir, lagi pacaran serius-lalu harus dipisahkan waktu untuk
berpacaran dan waktu untuk sendirian (lagi), karena sadar si pacar itu orangnya
lurus-lurus aja cenderung flat dibandingkan gue yang rada gila. Biar gak
berantem terus-terusan, maka harus direm keinginan untuk menjadi seseorang yang
menyebalkan ketika sedang kesepian.
Jadi, apa yang menjadi masalah ketika saya selalu merasa sendirian
?







